loading…
Agenda dedolarisasi BRICS dinilai akan sulit berlanjut setelah Donald Trump kembali memerintah Amerika Serikat (AS). FOTO/Ilustrasi
BRICS sejak awal telah jadi kelompok negara yang paling vokal untuk menyerukan dedolarisasi selama beberapa tahun terakhir. Meski begitu, meninggalkan dolar AS dan menciptakan mata uang baru bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Meskipun dampak meninggalkan dolar AS ini memang terlihat meyakinkan untuk kebanyakan negara, namun terdapat risiko besar di dalamnya. Dimana salah satunya adalah AS tidak akan semudah itu melepaskan dominasinya.
3 Alasan BRICS akan Gagal Taklukkan Dominasi Dolar AS
1. Dolar AS Masih Terlalu Kuat
Sejak tahun 1970-an, dolar yang nilainya mengambang bebas terus berfungsi sebagai mata uang cadangan utama dunia, mendominasi perdagangan dan perbankan internasional.
Surat utang pemerintah AS juga terbukti sebagai investasi yang dapat diandalkan dan berisiko rendah. Kedalaman sistem keuangan AS dan ukuran serta keragaman pasar saham AS semakin meningkatkan permintaan terhadap dolar.
Selain itu, kemudahan dolar untuk dipertukarkan telah menjaga biaya transaksi tetap rendah. Secara keseluruhan, faktor-faktor ini telah meyakinkan banyak pembuat kebijakan di seluruh dunia bahwa dolar adalah penyimpan nilai yang dapat diandalkan.
2. Mendapat Tekanan Besar
Menteri Urusan Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar mengatakan, bahwa meskipun India sedang mengejar kepentingan perdagangannya, menghindari penggunaan dolar AS bukanlah bagian dari kebijakan ekonomi India.
Subrahmanyam Jaishankar menyebutkan jika kebijakan AS sering kali mempersulit perdagangan dengan negara-negara tertentu, dan India mencari “solusi” tanpa bermaksud untuk menjauh dari penggunaan dolar.