loading…
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menilai heboh kurs rupiah Rp8.170 per USD di laman Google bisa jadi ulah peretas. FOTO/Ilustrasi
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menilai bahwa penguatan rupiah secara ugal-ugalan di mesin pencari itu bisa jadi adalah ulah peretas alias hacker. Mengenai motifnya, Ibrahim menyebut bisa saja itu ulah hacker yang mewakili kekecewaan atas pemerintahan saat ini.
“Bisa saja para hacker ini adalah orang yang kecewa dengan pemerintahan saat ini, dimana para hacker menganggap bahwa rupiah (bisa) Rp8.000 seandainya pertumbuhan ekonomi di tahun 2025 mencapai 8%,” katanya.
Ibrahim menilai, tidak ada satu kesepakatan pasti untuk pertumbuhan ekonomi ke depan karena kondisi kelas menengah yang masih terguncang dan banyaknya PHK akibat perusahaan bangkrut. “Para ekonom banyak yang mengatakan bahwa konsumsi masyarakat tidak serta merta mendukung pertumbuhan ekonomi,” lanjutnya.
Sejatinya, lanjut Ibrahim, rupiah masih lemah dan diprediksi akan kembali melemah di perdagangan pekan depan. Rupiah menurutnya masih akan berada di kisaran Rp16.000-an per USD.
“Itulah yang membuat gonjang-ganjing terhadap rupiah sehingga hacker mempermainkan rupiah di Google dari Rp16.304 menjadi Rp8.000 dan ini kemungkinan besar hanya sesaat. Hari Senin nanti sudah kembali normal, rupiah kembali mengalami pelemahan,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso mengatakan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan Google Indonesia terkait kekeliruan tersebut. “Terkait ketidaksesuaian tersebut untuk segera dapat melakkan koreksi yang diperlukan,” ujarnya melalui keterangan resmi.
(fjo)