loading…
PT Panasonic Gobel Indonesia menyelenggarakan Panasonic-GOBEL Art Charity bertajuk Art with Heart. FOTO/dok.SINDOnews
“Panasonic-GOBEL selalu menjunjung tinggi kesetaraan dan kesempatan yang sama, yang kali ini dalam bentuk inklusivitas dalam berkesenian, terutama bagi seniman difabel untuk membangun rasa percaya diri dan kemandirian di masa depan,” ujar Direktur Panasonic Gobel Indonesia Arif Gobel dalam keterangan resmi, Jumat (21/2/2025).
Baca Juga: Perkuat Inovasi, Panasonic Targetkan Pertumbuhan 120% di 2024
Acara ini diselenggarakan pada 19-23 Februari 2025 di Gandaria City, Jakarta dan terbuka bagi umum. Arif mengatakan, Panasonic-GOBEL Art Charity “ART with HEART” adalah salah satu program unik Grup Panasonic-GOBEL untuk bangsa Indonesia yang mendukung inklusifitas sekaligus seni rupa Indonesia.
Panasonic-GOBEL tahun ini menyelenggarakan kolaborasi antara 12 seniman difabel dengan 12 seniman seni rupa ternama dari Yogyakarta, Jakarta dan Bandung, untuk menuangkan karya dan kreatifitas mereka dengan tema ARUNIKA pada sepasang produk elektronika dan kanvas atau media lain, yang sekaligus merupakan tantangan baru berkolaborasi secara serasi menjadikan produk elektronika menjadi karya seni “Art Electronic”.
Sebanyak 12 pasangan karya tersebut akan dilelang, dan hasil penjualannya akan didedikasikan kepada seniman dan yayasan yang terlibat dalam kegiatan ini. Kegiatan itu dinilainya bakal semakin meningkatkan apresiasi masyarakat Indonesia terhadap seni dan budaya, khususnya seni rupa.
Baca Juga: Menilik Jejak Bisnis 68 Tahun Gobel Group: Dimulai dari Transistor Radio
Salah satu seniman difabel sekaligus Ketua Yayasan Jogja Disability Arts (JDA), Sukri Budi Dharma menyayangkan minimnya pemberian ruang untuk disabilitas dalam dunia seni. Dengan adanya kolaborasi bersama, diharapkan ruang seni bagi para seniman dapat lebih terbuka terutama dalam memahami perspektif satu sama lain dan membuktikan bahwa seni adalah milik semua orang.
“Baru kali ini ada isu inklusifitas dan ada projek bersama seniman-seniman difabel, menurut saya ini perkembangan yang sangat menarik,” tambah seniman lainnya, RE Hartanto. Kolaborasi ini memberi ruang bagi seniman baik difabel maupun nondifabel untuk memahami perspektif satu sama lain dan membuktikan bahwa seni adalah milik semua orang.
(nng)