loading…
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping foto bersama sebelum sesi format Outreach KTT BRICS di Kazan, Rusia, Kamis (24/10/2024). Menlu RI Sugiono berada di barisan belakang, kedua dari kiri. FOTO/AP
China dan Rusia menjadi ujung tombak inisiatif ini dengan meyakinkan negara-negara berkembang untuk menyelesaikan perdagangan dalam mata uang lokal.
“Anda tahu, negara-negara BRICS berusaha menghancurkan dolar AS. Mereka ingin menciptakan mata uang baru,” ujar Trump saat berpidato di hadapan Asosiasi Gubernur Partai Republik di Washington, dilansir dari Watcher Guru, Senin (24/2/2025).
Trump juga mengatakan bahwa aliansi ini ingin menggunakan yuan China untuk penyelesaian perdagangan, bukan dolar AS.
“Jadi, ketika saya masuk, hal pertama yang saya katakan adalah ‘setiap negara BRICS yang menyebutkan penghancuran dolar AS akan dikenakan tarif 150%,'” katanya. “Kami tidak menginginkan barang-barang Anda,” ujar Trump.
Aliansi BRICS merasa kesulitan untuk mengakhiri ketergantungan pada dolar AS dengan ancaman tarif 150% dari Trump. Negara-negara berkembang mengetahui bahwa Trump tidak segan-segan memberlakukan tarif jika mereka tidak sejalan.
Kebijakan Trump tidak dapat diprediksi, dan penerapan tarif 150% akan menghambat impor dan ekspor mereka yang menyebabkan ketidakstabilan pasar.
Sebagaimana diketahui, Trump telah memberlakukan tarif 10% pada anggota BRICS, China dan juga menampar tarif 25% pada Meksiko dan Kanada. China membalas dan memberlakukan tarif balasan pada beberapa barang AS yang masuk ke negara komunis tersebut.
Perang dagang telah membuat pasar khawatir karena kebijakan-kebijakan tersebut secara langsung mempengaruhi bisnis global. Namun, dolar AS masih tetap menjadi mata uang de facto meskipun BRICS dedolarisasi.
(nng)