loading…
Dosen Hubungan Internasional FISIP Unwahas Semarang. FOTO/DOK.UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang
KONFERENSI Tingkat Tinggi ( KTT) ke-46 ASEAN dengan tema Inklusivitas dan Keberlanjutan telah dibuka pada 26 Mei 2025 di Malaysia. Deklarasi Kuala Lumpur untuk ASEAN 2045 juga telah ditandatangani para pemimpin ASEAN. Mampukah ASEAN terus bersifat adaptif dan meneruskan capaian prestasi kawasan di tengah tantangan baru di tingkat regional dan global?
Meminjam pemikiran Clive Archer (2001:68), peran ideal organisasi internasional seperti ASEAN terletak pada kemampuan sentralnya sebagai aktor yang mampu membawa anggotanya mencapai tujuan dan menghadapi tantangan bersama. Tahun 2025 sendiri merupakan momentum yang sangat penting seagaimana dikemukakan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dalam pembukaan KTT. Ia menandai satu dekade sejak terbentuknya Komunitas Asean dan pada saat yang sama Asean juga akan mengadopsi Visi 20 tahun yang berwawasan ke depan yang membutuhkan komitmen dan tekad kolektif yang teguh.
Selama ini dunia mengakui prestasi ASEAN sebagai organisasi kawasan yang telah berhasil menampilkan performa pertumbuhan ekonomi yang baik dan pada saat yang sama mampu menjaga stabilitas keamanan. Di bidang ekonomi, kepercayaan diri ASEAN untuk menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dunia sebagaimana pernah dikemukakan Indonesia saat memegang tongkat keketuaan ASEAN 2023 yakni ASEAN Matters: Epicentrum of Growth menghadapi tantangan nyata. Saat ini, dilema tarif Trump dan rayuan dagang China membayangi KTT ASEAN 2025.
Di tengah proteksionisme yang bangkit kembali serta multilateralisme yang terancam hancur berantakan, semangat sentralitas dan persaudaraan di antara negara anggota ASEAN diuji. Pada saat yang sama, ASEAN masih menghadapi pekerjaan rumah yang tidak ringan. Upaya peningkatan perdagangan barang intra dan inter-ASEAN, serta rantai pasok nilai ASEAN dan global harus terus menjadi perhatian.