loading…
Foto: Doc. Istimewa
Acara yang dipimpin langsung oleh Wali kota Semarang, Agustina Wilujeng diikuti ratusan personel dari BPBD, TNI, Polri, relawan kebencanaan, serta perwakilan organisasi masyarakat. Berbagai sarana prasarana disiagakan, mulai dari armada penyelamatan, perahu karet, hingga tim medis dan logistik.
Dalam sambutannya, Agustina menyampaikan bahwa kegiatan ini memiliki dua momentum strategis. Pertama, gladi lapang yang berfungsi untuk menguji kesiapsiagaan teknis seluruh personel di lapangan. Kedua, pengukuhan FPRB menjadi tonggak penguatan sinergi lintas sektor dalam upaya mitigasi dan pengurangan risiko bencana.
“Kebersamaan yang kita wujudkan pada pagi ini merupakan modal besar. Apalagi BMKG memprediksi puncak musim penghujan akan terjadi pada akhir 2025 hingga awal 2026, dengan potensi anomali cuaca yang semakin sulit diprediksi. Kita tidak boleh lengah, karena bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, maupun angin puting beliung bisa datang kapan saja,” tegasnya.
“Dengan hadirnya FPRB, kita berharap lahir inovasi baru untuk memperkuat program-program seperti Kelurahan Tangguh Bencana (Katana) dan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Upaya ini adalah fondasi untuk membangun Semarang sebagai kota yang semakin tangguh bencana,” lanjut Wali kota.
Kegiatan apel turut dihadiri jajaran Forkopimda Kota Semarang, Kepala BPBD Provinsi Jawa Tengah, pimpinan perguruan tinggi di Semarang, hingga perwakilan organisasi sosial. Ratusan relawan kebencanaan tampak antusias mengikuti simulasi lapangan yang menampilkan skenario penanganan banjir, tanah longsor, serta evakuasi korban bencana.
“Simulasi lapangan ini bukan sekadar seremoni. Kita ingin memastikan seluruh armada, personel, dan sarana prasarana betul-betul siap digunakan saat kondisi darurat. Latihan seperti ini penting untuk melatih koordinasi lintas instansi, sehingga ketika bencana terjadi, kita bisa bergerak cepat, tepat, dan terukur,” lanjut Agustina.