loading…
Aktivis HAM senior Robertus Robet menyoroti rangkaian demo di berbagai daerah yang berujung pada tindakan anarkis. Foto/Istimewa
Robet berpendapat, aksi demonstrasi belakangan ini dilatari oleh resultante pelbagai faktor sosial, ekonomi, dan politik. “Dipicu oleh kemarahan rakyat terhadap kultur elitisme politisi kita yang dianggap tidak peka dan memandang rendah kesusahan rakyat,” ujar dia kepada wartawan, Senin (1/9/2025).
Dia menyebut setiap aksi mencerminkan representasi dari berbagai tuntutan sosial di dalam masyarakat. Dalam kajian ilmiah, mesti dilihat dalam kerangka struktural. Selama ini dalam tradisi protes di Indonesia, Robet menyebut gerakan mahasiswa selalu yang paling kuat mengambil tempat.
Baca juga: Ingatkan Aksi Unjuk Rasa Harus Tertib, Ketua KNPI Maluku: Jangan Mau Ditunggangi
“Namun, dalam negara demokratis perlu dijaga agar aksi protes mengambil bentuk dan artikulasi yang juga etis secara demokratis yakni: mengedepankan otonomi, substansi yang deliberatif dan rasional serta mengandalkan retorika yang sehat,” kata dia.
Robet yang juga sosiolog dari UNJ itu meminta agar massa bisa lebih cerdas dan menahan diri ketika ada provokator yang berusaha mengajak rusuh saat demo berlangsung. Sebab, dia meyakini massa pada intinya hanya ingin menyuarakan keluh kesahnya kepada pemerintah dan dicarikan solusinya.