loading…
APVI bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan penelitian risiko penggunaan produk tembakau alternatif. FOTO/FREEPIK
Hal ini disampaikan Ketua APVI Budiyanto dalam keterangannya dikutip, Kamis (29/5/2025). Menurutnya, BRIN juga melakukan uji kandungan terhadap sembilan zat berbahaya yang direkomendasikan untuk dibatasi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar zat tersebut, seperti formaldehyde, benzene, dan carbon monoxide, tidak ditemukan dalam produk tembakau alternatif.
“Ini tidak berarti produk ini tanpa risiko, tetapi risikonya lebih rendah dan tetap harus digunakan secara bertanggung jawab,” kata Budiyanto.
APVI berencana memanfaatkan hasil riset ini sebagai materi edukasi publik, sekaligus sebagai masukan kebijakan kepada pemerintah agar regulasi yang dibentuk lebih adil dan berbasis bukti ilmiah.
“Kami ingin memastikan hasil riset bisa menjadi referensi konkret dalam merumuskan regulasi yang proporsional, demi melindungi masyarakat, khususnya kelompok rentan,” ujarnya.
Budiyanto juga mengutip studi internasional yang dipublikasikan pada Januari 2025 bertajuk “Electronic cigarettes and subsequent cigarettes smoking in young people: A systematic review”. Studi ini menganalisis 123 penelitian dengan sekitar 4 juta peserta di bawah usia 29 tahun di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa Barat. Studi ini menyimpulkan bahwa rokok elektronik tidak mendorong kebiasaan merokok, bahkan sebaliknya, membantu menurunkan angka perokok muda.
Penurunan kebiasaan merokok di kalangan remaja AS juga tercermin dalam data CDC. Persentase siswa sekolah menengah yang melaporkan merokok dalam 30 hari terakhir menurun tajam dari 15,8% pada 2011 menjadi hanya 1,7% pada 2024.
(abd)