loading…
Ketua Esoterika Forum Spiritualitas, Denny JA dalam seminar nasional dialog spiritual lintas iman yang mengangkat tema Kekuatan Pengetahuan dan Keheningan dalam Membangun Harmoni Antaragama yang digelar di Graha Sabha Adhitya, Jakarta, Sabtu (22/2/2025).
Hal itu disampaikannya dalam acara seminar nasional dialog spiritual lintas iman yang mengangkat tema ‘Kekuatan Pengetahuan dan Keheningan dalam Membangun Harmoni Antaragama’ yang digelar di Graha Sabha Adhitya, Pura Adhitya, Rawamangun, Jakarta pada Sabtu (22/2/2025).
“Di era Artificial Intelligence (AI), kecemasan orang dewasa justru meningkat,” ujar Denny JA.
Acara yang juga dihadiri oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti dan Ketua Umum PDHI Pusat Wisnu Bawa Tenaya ini digelar untuk memperingati tiga hari suci Umat Hindu, yakni Hari Suci Siwaratri, Hari Suci Saraswati, dan Hari Suci Nyepi.
Dalam sambutannya, Denny JA menghubungkan peran Dewi Saraswati, dewi kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan, dengan ironi peradaban modern. Dunia kini telah mencapai puncak pencapaian teknologi dan ekonomi, tetapi justru kecemasan manusia semakin meluas.
Denny JA menjelaskan sebuah laporan dari Asosiasi Psikiatri Amerika (APA) tahun 2024 menunjukkan bahwa tingkat kecemasan di Amerika Serikat mengalami peningkatan signifikan. Saat ini, 43% orang dewasa di negara tersebut mengalami kecemasan, naik dari 37% pada tahun 2023, dan 32% pada tahun 2022.
“Kecemasan meningkat setiap tahun, mencerminkan fenomena global yang semakin mengkhawatirkan,” kata dia.
Ironinya, kita hidup di zaman dengan pencapaian teknologi tertinggi. Artificial Intelligence kini melampaui kecerdasan manusia, dan ekonomi dunia mencapai rekor tertinggi dengan PDB global sebesar USD109 triliun, setara dengan Rp1,6 juta triliun.
Namun, pertanyaannya tetap sama: mengapa kecemasan justru meningkat? Apa yang salah ketika dunia semakin kaya, semakin maju, tetapi manusia semakin gelisah? Denny JA menjelaskan bahwa ada tiga penyebab utama dari fenomena ini, semuanya berakar dari revolusi digital dan AI.
Penyebab pertama adalah doomscrolling, yaitu kebiasaan terus-menerus mengonsumsi berita negatif. Algoritma media sosial yang tidak netral justru memperbesar eksposur terhadap berita yang paling banyak menarik perhatian.