Politik

Garis Tipis Antara Pembenaran Diri dan Kepercayaan Diri yang Sesungguhnya

×

Garis Tipis Antara Pembenaran Diri dan Kepercayaan Diri yang Sesungguhnya

Sebarkan artikel ini



loading…

Zikri Neni Iska – Dosen Psy & GC FITK UIN Jakarta. Foto/Dok Pribadi

Zikri Neni Iska
Dosen Psy & GC FITK UIN Jakarta

Dalam percakapan sehari-hari, sering kali kita mendengar orang berkata, “Saya tidak malas, saya hanya bekerja lebih baik di bawah tekanan,” atau “Saya tidak salah, saya hanya bersikap jujur dan berterus terang.” Pada awalnya, pernyataan-pernyataan ini terdengar seperti ungkapan kepercayaan diri.Pernyataan-pernyataan ini memberikan kesan bahwa pembicara mengetahui siapa diri mereka dan tidak takut dihakimi. Namun jika kita melihat lebih dekat, banyak dari pernyataan ini yang sama sekali tidak menunjukkan rasa percaya diri. Mereka adalah apa yang disebut psikologi sebagai pembenaran diri: tindakan membela diri dengan alasan dan narasi yang terdengar meyakinkan tapi pada akhirnya lebih melindungi ego daripada menyelesaikan masalah.

Bahaya dari pembenaran diri terletak pada betapa mudahnya pembenaran itu menyamar sebagai rasa percaya diri. Orang yang membenarkan diri sendiri sering kali terlihat tegas, bahkan bangga, tetapi di dalam hati mereka tetap merasa tidak aman. Sebuah studi pada tahun 2022 yang diterbitkan dalam Journal of Applied Psychology menemukan bahwa karyawan yang sering menggunakan pembenaran diri berkinerja hingga 30 persen lebih buruk daripada mereka yang mengakui kesalahannya.

Studi lain di Frontiers in Psychology (2023) menunjukkan bahwa orang-orang ini lebih rentan terhadap kelelahan dan lebih resisten terhadap umpan balik, kombinasi yang diam-diam membunuh karier dan hubungan.Untuk memahami alasannya, psikologi menawarkan penjelasan melalui Teori Disonansi Kognitif dari Leon Festinger. Ketika tindakan kita bertentangan dengan nilai-nilai kita, kita merasakan ketidaknyamanan psikologis. Untuk mengurangi ketidaknyamanan ini, kita membangun penjelasan yang menjaga citra diri kita.

Bayangkan seorang karyawan yang melewatkan tenggat waktu. Alih-alih mengakui perencanaan yang buruk, ia malah berkata, “Saya seorang perfeksionis; saya hanya ingin semuanya sempurna.” Di permukaan, hal tersebut terdengar seperti sebuah pengakuan yang penuh percaya diri akan standar yang tinggi. Namun di balik itu terdapat penolakan untuk bertanggung jawab.

Bandingkan hal ini dengan kepercayaan diri yang sesungguhnya. Menurut Teori Efikasi Diri Albert Bandura, kepercayaan diri dibangun di atas penguasaan yang nyata: keyakinan bahwa “Saya dapat mengatasi tantangan ini” karena pengalaman dan usaha, bukan karena alasan.Karyawan yang percaya diri akan berkata, “Saya mengatur waktu dengan buruk. Lain kali saya akan menetapkan target yang lebih jelas.” Singkat, langsung, dan berfokus pada solusi. Tidak ada cerita yang bersifat defensif.



Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

mahjong ways 2 gampang menang server thai langsung dapat bonusspin mahjong wins gampang menang navigasi barubonus new member mahjong wins cara heranpenjaga warmindo ini mendadak hoki berat dapati jp mahjong ways 2 seharga 2 unit motor xmaxkang somay ini masih belum percaya ia berhasil jepe seharga innova di mahjong wins pakai link vip inimahjong auto maxwinmahjong dinilai pentingmas ariel jackpot mahjongmaxwin 53 juta mahjong waysmaxwin mahjong ways 3 hitungan menitmenang belasan juta mahjong depo qrisprofit mahjong malam mingguradit bongkar mahjongkaisar89slot gacor