Politik

Konektivitas dan Pembangunan

×

Konektivitas dan Pembangunan

Sebarkan artikel ini



loading…

Candra Fajri Ananda, Wakil Ketua Badan Supervisi OJK. Foto/Dok. SindoNews

Candra Fajri Ananda
Wakil Ketua Badan Supervisi OJK

PEMBANGUNAN infrastruktur selama ini kerap dipahami sebagai pembangunan fisik semata – seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara – yang berorientasi pada pemerataan wilayah atau peningkatan mobilitas. Seharusnya, perspektif tersebut perlu diperluas.

Infrastruktur sejatinya tidak hanya menjadi simbol kemajuan fisik, tetapi juga instrumen strategis untuk “menghubungkan” titik-titik penting, baik produksi maupun pasar di dalam sistem ekonomi, termasuk antarprodusen yang biasa dikenal dalam sistem klaster. Artinya, pembangunan infrastruktur idealnya menjadi alat untuk membentuk jaringan konektivitas ekonomi yang efektif dan efisien.

Penggabungan titik produksi dan pasar berarti menciptakan jalur distribusi yang mempercepat arus barang dan menurunkan biaya logistik. Hal ini sangat penting bagi petani, nelayan, atau pelaku UMKM di daerah yang selama ini terisolasi dari pasar utama karena buruknya akses jalan atau ketiadaan transportasi.

Melalui infrastruktur yang tepat sasaran, mereka tidak hanya lebih mudah menjual produknya, tetapi juga bisa mendapatkan bahan baku dan teknologi secara lebih murah dan cepat. Artinya, infrastruktur bukan sekadar pembangunan fisik, melainkan sarana memperkuat daya saing ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara langsung.

Lebih dari itu, infrastruktur juga memiliki peran kunci dalam membangun koneksi antarprodusen dalam satu kawasan atau klaster industri. Tatkala produsen dalam sektor yang sama – misalnya, industri pengolahan hasil pertanian – dapat saling terhubung secara cepat dan mudah, maka kolaborasi, inovasi, serta pertumbuhan bersama akan lebih mudah tercipta.

Dengan konektivitas yang baik, transfer teknologi, berbagi sumber daya, dan sinergi usaha menjadi lebih optimal. Oleh sebab itu, paradigma pembangunan infrastruktur harus bergeser dari sekadar “membangun” menjadi “menghubungkan”, karena dalam keterhubunganlah potensi ekonomi lokal dan nasional bisa tumbuh secara berkelanjutan.

Problematika Pembangunan di Indonesia
Pembangunan infrastruktur berskala besar, seperti jalan tol, pelabuhan, bandara, dan bendungan, memerlukan pengadaan lahan dalam jumlah besar dan tersebar di berbagai wilayah, termasuk kawasan pedesaan dan wilayah adat. Ironisnya, dalam praktiknya, proses pembebasan lahan ini sering mengalami hambatan hukum dan sosial. Salah satu penyebab utamanya adalah belum jelasnya status legal tanah yang akan dibebaskan.

Banyak lahan yang belum memiliki sertifikat kepemilikan resmi, atau dimiliki secara turun-temurun oleh masyarakat adat tanpa pengakuan formal dari negara. Situasi ini menyebabkan ketidaksesuaian antara data administrasi pertanahan dengan kondisi faktual di lapangan.



Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

link hoki mahjong ways 3maxwin gede mahjong wins 2akun mahjong wins barukebun scatter mahjong ways 2mahjong auto maxwinmahjong dinilai pentingmas ariel jackpot mahjongmaxwin 53 juta mahjong waysmaxwin mahjong ways 3 hitungan menitmenang belasan juta mahjong depo qrisprofit mahjong malam mingguradit bongkar mahjongkaisar89slot gacor