loading…
Ketua DPP Partai Perindo Bidang Kesehatan Masyarakat, Sri Gusni Febriasari mengapresiasi program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) yang akan mulai dijalankan pada Senin, 10 Februari 2025. FOTO/IST
“Ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menyehatkan masyarakat dengan pendekatan public health. Tidak hanya berfokus pada penyelesaian di hilir atau pengobatan, tetapi juga intervensi di hulu, yakni upaya pencegahan,” kata Sri Gusni dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (7/2/2025).
Visi tersebut diturunkan dalam salah satu misi Asta Cita pemerintahan, yaitu memperkuat pembangunan sumber daya manusia dengan memperkuat sistem kesehatan nasional, dengan menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Salah satunya melalui penyelenggaraan program hasil terbaik cepat (PHTC), yaitu pemeriksaan kesehatan gratis (PKG). PKG merupakan upaya strategis agar masyarakat melakukan deteksi dini kondisi kesehatan yang berpotensi berkembang menjadi penyakit serius.
“Kami mengapresiasi inisiatif Pemeriksaan Kesehatan Gratis ini karena tantangan kesehatan yang dihadapi masyarakat mencakup seluruh siklus hidup, mulai dari dalam kandungan, bayi baduta (anak-anak yang berusia di bawah dua tahun) dengan risiko stunting dan kelainan bawaan, hingga anak, remaja, dewasa, dan lansia,” kata Sri Gusni.
Saat ini, perilaku hidup sehat seperti aktivitas fisik dan asupan gizi seimbang masih rendah, sedangkan prevalensi penyakit hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes melitus yang merupakan penyebab kematian utama semakin membebani pembiayaan kesehatan. Hingga November 2024, beban kesehatan mencapai Rp160 triliun, dengan 21 persen di antaranya digunakan untuk pengobatan penyakit katastropik seperti jantung, kanker, dan stroke.
“Penyakit-penyakit tersebut, yang seringkali muncul secara laten dan dipengaruhi oleh pola hidup, sebenarnya dapat dicegah melalui intervensi dini,” kata Sri Gusni.
Program PKG diharapkan menjadi titik awal bagi peningkatan kesadaran masyarakat mengenai risiko kesehatan. Dengan mengetahui kondisi kesehatan saat ini, masyarakat dapat melakukan langkah preventif untuk mempertahankan kesehatan atau mengambil tindakan pengendalian sedini mungkin.
Hal ini sangat penting mengingat hanya sekitar 39,8 persen masyarakat yang telah menjalani skrining penyakit tidak menular, sehingga upaya pencegahan melalui manajemen faktor risiko perlu ditingkatkan.