loading…
Pilkada Jakarta, Jateng, dan Jatim menjadi perhatian utama karena terjadi pertarungan sengit antara PDIP dan KIM Plus, gabungan parpol pendukung Prabowo-Gibran tinggalan Pilpres 2024. Siapa kubu yang bakal berjaya? FOTO/DOK.SINDOnews
Untuk mengukur peta politik terkini di Pilkada Jakarta, Jateng, dan Jatim, LSI Denny JA melakukan survei terbaru yang dilakukan 16-22 Oktober 2024. Hasilnya, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur (cagub-cawagub) yang diusung KIM Plus mendominasi Pilkada Jateng dan Jatim, sementara di Pilkada Jakarta, terjadi persaingan ketat.
Di Jawa Tengah, pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin, yang diusung KIM Plus, memimpin dengan elektabilitas 46%. Mereka unggul dari pasangan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi yang didukung PDIP, yang hanya meraih 28,2%.
“Namun, sebanyak 25% pemilih masih belum menentukan pilihan, yang bisa menjadi faktor penentu di menit-menit akhir,” kata Denny JA dalam keterangannya, Rabu (30/10/2024).
Di Jawa Timur, pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak yang diusung KIM Plus unggul telak dengan 65,8%. Pasangan PDIP, Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta, berada di posisi kedua dengan 24,5%. Sebagian kecil pemilih, 8,7%, masih belum memutuskan pilihan, namun posisi Khofifah sebagai gubernur petahana memberikan keuntungan besar.
Sementara itu, di DKI Jakarta, persaingan berlangsung lebih ketat. Pasangan KIM Plus, Ridwan Kamil-Suswono, meraih elektabilitas 37,4%, hampir setara dengan pasangan PDIP, Pramono Anung-Rano Karno, yang memperoleh 37,1%. Sebanyak 21,5% pemilih belum menentukan pilihan, menjadikan DKI Jakarta sebagai wilayah yang paling sulit diprediksi.
Setidaknya ada beberapa alasan mengapa pasangan yang didukung koalisi besar seperti KIM Plus tidak unggul signifikan di Pilkada Jakarta. Pertama, mesin partai KIM Plus kurang efektif di Jakarta. Banyak pemilih PKS, Golkar, PKB, Demokrat, PPP, dan Nasdem cenderung memilih pasangan Pramono Anung-Rano Karno daripada pasangan yang diusung partai mereka sendiri. Sebaliknya, PDIP lebih solid karena mayoritas anggotanya mendukung pasangan ini.
“Ini menjadi pekerjaan besar bagi Ridwan Kamil-Suswono. Mengapa pemilih dari partaipengusungnya sendiri, Golkar (Ridwan Kamil) dan PKS (Suswono), lebih banyak memilih Pramono dan Rano Karno. Ada jarak yang lebar antara keputusan elit partai dan massa partai,” katanya.