loading…
Lampung kembali mencuri perhatian dunia dengan diperkenalkannya budidaya mutiara terbaru yang kini menjadi simbol pelestarian alam di wilayah Hurun, Kyoko. Foto/istimewa
Acara perkenalan Kyoko ini dihadiri oleh Rahmat Mirzani Djausal, calon gubernur terpilih Lampung; Selphie Bong, CEO The Hurun; dan Junanto Hendriawan, Kepala Bank Indonesia Lampung.
Budidaya mutiara Kyoko memiliki sejarah yang menarik. Dibangun pertama kali pada tahun 1987 oleh perusahaan Jepang, budidaya ini telah menjadi bagian integral dari upaya konservasi alam di kawasan tersebut. Setelah perusahaan tersebut memilih berhenti beroperasional di Lampung, Tim Pengembangan The Hurun mengambil alih dan berkomitmen untuk menjaga serta melestarikan budidaya mutiara ini agar tetap dapat dikenal di Lampung.
“Kami memutuskan untuk melanjutkan budidaya mutiara ini karena kami memiliki nilai yang sama, yaitu sustainability. Kami membangun dan merawat Kyoko agar menjadi budidaya mutiara yang berkelanjutan—bukan hanya mutiara, tetapi juga pemeliharaan terumbu karang, di mana adanya budidaya mutiara menjadi bukti bahwa biota laut Lampung benar-benar sehat dan dirawat,” ujar Selphie Bong.
Selphie juga menyatakan harapannya agar pemerintah Lampung dapat lebih serius dalam mengembangkan pariwisata dan melestarikan alam Lampung. Ia berharap ada sinergi antara berbagai instansi untuk mendorong perkembangan pariwisata, bahkan mencontoh kesuksesan Bunaken di Manado, yang telah dikenal dunia berkat keindahan alamnya.
“Kami semua di Provinsi Lampung memiliki semangat yang sama, yaitu ingin Indonesia menjadi negara yang maju, begitu pula dengan Provinsi Lampung. Untuk mencapai kemajuan, dibutuhkan lompatan besar. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri; salah satu instrumen untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi adalah dengan bekerja sama dengan teman-teman di sektor swasta, sehingga investasi dapat masuk ke Lampung dan menyerap lapangan pekerjaan,” jelas Rahmat Mirzani Djausal.
“Saya tahu bahwa budidaya mutiara ini tidak mudah dan membutuhkan konsistensi, terutama dalam menjaga kelestarian lingkungan. Dunia sudah mengetahui bahwa apabila di suatu daerah terdapat budidaya mutiara, itu menjadi indikasi bahwa daerah tersebut memiliki laut yang bersih. Hal ini tentu akan berdampak positif pada citra Provinsi Lampung. Oleh karena itu, di area budidaya ini dipasang jaring sampah untuk mencegah sampah masuk, karena jika sampah mencemari, mutiara tidak bisa berkembang dan para petani pun akan rugi. Saya berharap para petani dan nelayan bisa sukses, sehingga semakin banyak yang bergabung dalam budidaya mutiara ini,” tambahnya.
Mutiara sering disebut sebagai keajaiban laut karena proses pembentukannya yang sangat unik. Proses pembentukan mutiara memerlukan waktu bertahun-tahun, sehingga mutiara mencerminkan ketahanan dan keindahan alam bawah laut. Keunikan dan keindahannya yang berasal dari kedalaman laut menjadikan mutiara sebagai salah satu keajaiban alami.
Melestarikan budidaya mutiara Kyoko bukanlah tugas yang mudah. Dibutuhkan pendekatan terpadu dan berkelanjutan, dengan mempertimbangkan berbagai aspek lingkungan yang sangat vital. Salah satu tantangan terbesar adalah memelihara kualitas air laut, yang harus bebas dari polusi seperti limbah plastik, limbah industri, dan bahan kimia berbahaya. Selain itu, untuk mendukung kelangsungan hidup tiram mutiara, kawasan ini juga ditetapkan sebagai tempat budidaya yang dilindungi dari kerusakan yang dapat mengganggu ekosistem laut.