loading…
Alumni National University of Singapore (NUS) dan Nanyang Technological University (NTU) Raden Dymasius Yusuf Sitepu. Foto/Istimewa
“Keluarga saya dari kalangan ekonomi ke bawah, sempat susah secara ekonomi. Berjuang dan tahu rasanya apa itu kelaparan. Saya besar di Pejompongan sekitar Bendungan Hilir. Saya mendukung aspirasi perubahan positif rakyat Indonesia,” ujar Dymasius, Minggu (31/8/2025).
“Tapi saya sedih ketika ada pembakaran mobil, penjarahan, hingga pengkambinghitaman etnis Tionghoa. Mereka juga saudara kita dalam perjuangan hidup sehari-hari,” sambungnya.
Baca juga: Kesaksian dan Kecemasan Tetangga Sri Mulyani: Takutnya Nyebar ke Rumah Lain
Menurutnya, bangsa Indonesia harus kembali mengingat semangat Bhinneka Tunggal Ika yang mempersatukan keberagaman. “Indonesia sudah jauh lebih pintar. Jangan biarkan tragedi 1998 terulang kembali. Merdeka!” tegasnya.
Dymasius mengatakan, semangat “warga jaga warga” adalah kunci. Energi besar rakyat harus diarahkan pada perubahan positif, bukan perpecahan. Ia juga menekankan bahwa tulisannya lahir dari inisiatif pribadi, tanpa titipan atau utusan siapa pun.